International newsWorld

Protes Pembangunan Masjid, Warga Korea Adakan Pesta Babi

Kabari99-Terjadi Penolakan terhadap pembangunan masjid di Korea Selatan (Korsel). Sejumlah warga di Daehyeon-dong, Daegu, menggelar pesta makanan daging babi di gang depan sebuah proyek pembangunan tempat ibadah umat Muslim tersebut.

Kelompok demonstran itu menamakan diri ‘Komite Anti Masjid Daegu’. “Jika pemilik lahan ingin kami menghormati budaya mereka, maka kamu juga harus menghormati budaya kami,” ujar salah satu demonstran kepada The Korea Herald, Jumat (3/2/2023).

Permasalahan bermula pemerintah setempat menyetujui pembangunan masjid di dekat Universitas Nasional Kyungpook tahun 2020. Banyaknya mahasiswa asing Muslim yang tak memiliki rumah ibadah menjadi dasar pembangunan masjid tersebut.

Baca juga: Pemprov Jateng Buat Tim Terpadu Untuk Atasi Tambang Ilegal

Tetapi perintah tersebut dicabut setelah Mahkamah Agung memutuskan pada bulan September 2022 dan menegaskan bahwa proyek tersebut sah. Namun, konflik terus berlanjut di mana sejumlah protes dengan menggunakan babi dilakukan.

Sebelumnya Sempat Heboh Karna Memanggabng Babi di Gang Menuju Lokasi Pembangunan Masjid

Sebelum ‘pesta babi’, Komite Anti Masjid Daegu sempat membuat heboh dengan memanggang babi di gang menuju lokasi pembangunan pada Oktober. Saat itu, seorang pemuda juga mendapat denda 300.000 won (Rp 3,6 juta) karena memprovokasi warga untuk membuang spanduk yang mendukung pembangunan masjid.

Kantor Distrik Buk telah mencoba campur tangan, dengan sedikit hasil. Pihak otoritas tersebut telah menawarkan untuk membeli properti di dekat masjid, dan mengusulkan dua lokasi alternatif untuk masjid tersebut.

Baca juga: Akhirnya! Mie Gacoan Sudah Punya Sertifikat Halal

Panitia anti-masjid berencana untuk mengumumkan posisinya pada penawaran pembelian itu. Di sisi lain, pemilik tanah tempat masjid akan dibangun telah menolak gagasan situs alternatif.

 

 

Para ahli dan kelompok masyarakat telah menyuarakan keprihatinan atas konflik yang semakin tajam seputar pembangunan masjid tersebut.

“Perlu sikap mengakui perbedaan antara kedua belah pihak. Negara juga harus memainkan peran mediasi yang lebih aktif, sehingga mencegah salah satu pihak bertindak terlalu ekstrim,” kata Profesor Chung Yong-kyo dari Universitas Yeungnam dalam sebuah wawancara dengan media lokal.

 

kabari99-Aliya-Yogyakarta

last post

Back to top button