
Kabari99– Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Horas Tarihoran menargetkan peningkatan indeks literasi keuangan hingga berada di kisaran 65-70 persen untuk menutupi gap dengan indeks inklusi keuangan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dirilis OJK menunjukkan indeks literasi keuangan nasional berada di angka 49,86 persen atau di bawah indeks inklusi keuangan yang mencapai 85,10 persen.
Dalam webinar “Financially Literate Millenials”, Selasa, ia mengatakan OJK juga berupaya meningkatkan indeks literasi keuangan mahasiswa.
Pada tahun 2022, indeks literasi keuangan mahasiswa sebesar 45,93 persen, lebih rendah dari rata-rata indeks literasi nasional.
“Kami memandang penting mengedukasi generasi milenial untuk meningkatkan literasi keuangan, mengingat secara umum satu dari empat masyarakat Indonesia atau sekitar 69 juta jiwa adalah generasi milenial,” jelasnya.
Baca Juga : Kementerian Kesehatan Menyelidiki Flu Burung
Ke depan, ia memperkirakan pada tahun 2040 hingga 2045, generasi milenial akan menjadi separuh dari penduduk Indonesia, sehingga sangat penting untuk mempercepat upaya peningkatan literasi keuangan.
Menurut survei OJK, hanya 10,7 persen generasi milenial yang dapat menyimpan uangnya, sedangkan 51,1 persen membelanjakan pendapatannya untuk konsumsi.
“Jika terjadi sesuatu seperti COVID-19, maka hanya 32 persen yang mengatakan bahwa mereka dapat bertahan selama sebulan jika kehilangan pekerjaan, dan 28 persen mengatakan bahwa mereka hanya dapat bertahan selama seminggu,” kata Tarihoran.
OJK juga saat ini telah memiliki platform sistem pengelolaan pembelajaran pendidikan keuangan yang dapat diakses secara gratis.
Pada Maret 2023, platform tersebut akan dirilis sebagai media pembelajaran bagi peserta Kartu Prakerja, ungkapnya.
“OJK dan Kemenko Perekonomian akan bekerja sama, sehingga modul ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak,” ujarnya.
Kabari99 -Auliya-Yogyakarta