HealthWorld

Berat Badan Turun Drastis? Hati Hati HIV dan AIDS!

Perbedaan, Gejala, Tahapan, Pencegahan dan Pengobatan HIV dan AIDS

Kabari99 – Tak jarang masih banyak yang menganggap jika (Human Immunodeficiency Virus) HIV dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gangguan yang sama. Tapi, tau kah kamu? Hal tersebut merupakan hal yang keliru. Secara medis, HIV dan AIDS adalah dua jenis gangguan yang berbeda, meskipun sumber penyakitnya berasal dari virus.

HIV termasuk ke dalam penyakit yang harus segera ditangani karena seiring waktu akan berkembang menjadi kondisi yang serius. AIDS adalah kondisi tubuh yang terkena virus stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Baca juga: Cara Hidup Sehat ala Orang Jepang

Perbedaan HIV dan AIDS

HIV merupakan virus yang akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS, kondisi tubuh yang terdampak virus HIV.

HIV adalah virus yang menyerang dan menghancurkan imunitas tubuh manusia, khususnya pada sel darah putih yang disebut sebagai sel CD4. Sehingga, HIV akan melemahkan tubuh manusia terhadap infeksi oportunistik (opportunistic infection), seperti pneumonia, salmonella, kandidiasis, toxoplasma, dan tuberkulosis (TB). Selain itu, virus ini juga merusak perlindungan sel kanker.

Serangan virus HIV yang serius dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS bisa disebut juga sebagai HIV dengan tingkat stadium 3 dengan kondisi dan gejala yang kompleks.

Siapa saja yang rentan terkena HIV dan AIDS?

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang penularannya terjadi melalui cairan pada tubuh, seperti darah, air susu ibu (ASI), dan cairan yang dihasilkan dari organ reproduksi. Pada umumnya hal tersebut terjadi akibat aktivitas seksual dengan tanpa alat kontrasepsi, penggunaan jarum suntik berulang dan bergantian (pada penggunaan zat terlarang), serta kehamilan dan ibu menyusui.

Berdasarkan data WHO yang dikutip dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 50.282. Kasus ini mengalami peningkatan signifikan pada Juni 2022, dimana kasusnya telah mencapai 522.674 berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI. Sehingga, terjadi kenaikan kasus sebanyak 13% dalam 3 tahun belakangan.

Baca juga: Benarkah produk hasil daur ulang lebih mahal?

Gejala dan Tahapan HIV dan AIDS

 Ruam Pada Kulit

Dilansir dari Alodoc.com Gejala HIV dibagi berdasarkan tahap perkembangan penyakitnya, yaitu:

Tahap 1: Infeksi HIV Akut

Tahap pertama HIV merupakan tahap infeksi akut, yang terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Gejala pada tahap ini muncul 2–4 minggu setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV, karena gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Pada tahap ini, jumlah virus di dalam aliran darah cukup tinggi sehingga penularan infeksi lebih mudah terjadi.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat dan dapat berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejalanya meliputi:

  • Demam hingga menggigil
  • Muncul ruam di kulit
  • Muntah
  • Nyeri pada sendi dan otot
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit kepala
  • Sakit perut
  • Sakit tenggorokan dan sariawan

Tahap 2: Infeksi HIV Kronis (Masa Laten)

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten bisa berlangsung sampai beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV tetap aktif merusak daya tahan tubuh, tetapi berkembang biak dalam jumlah yang lebih sedikit.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita bahkan tidak merasakan gejala apa pun pada tahap ini. Namun, sebagian lainnya mengalami sejumlah gejala berikut:

  • Berat badan menurun
  • Berkeringat di malam hari
  • Batuk
  • Diare
  • Mual dan muntah
  • Herps zoster
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit kepala
  • Kelelahan

Tahap 3: AIDS

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani akan membuat HIV makin berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah sehingga penderita akan lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

  • Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya
  • Berkeringat di malam hari
  • Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
  • Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang
  • Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
  • Diare kronis
  • Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak, leher, dan selangkangan
  • Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan
  • Mudah memar atau berdarah
  • Tubuh terasa mudah lelah
  • Mudah marah dan depresi
  • Ruam atau bintik di kulit
  • Sesak napas

Kapan Harus ke Dokter

 Segera Periksakan Diri Anda!

Pada beberapa kasus, gejala HIV di awal infeksi tidak terdapat gejala apa pun. Rata rata penderita baru menyadari bahwa mereka terinfeksi HIV setelah virus ini berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.

Jika Anda merasa terpapar HIV akibat melakukan tindakan seksual yang berisiko, lakukan pemeriksaan ke dokter guna mendeteksi kemungkinan HIV lebih dini. Deteksi dini dan pemeriksaan HIV secara rutin juga perlu dilakukan pada orang-orang yang memiliki risiko tertular HIV, seperti pekerja seks komersial, orang yang pernah berhubungan seks dengan pengguna narkoba suntik, serta pembuat tindik atau tato.

Pada penderita HIV dan AIDS, segera konsultasi ke dokter bila mengalami kondisi berikut:

  • Berat badan turun drastis
  • Sariawan yang tidak kunjung sembuh
  • Ruam kulit yang tidak kunjung hilang
  • Pembengkakan kelenjar leher atau selangkangan
  • Terdapat selaput putih dalam mulut

Pencegahan HIV dan AIDS 

HIV dan AIDS adalah penyakit mematikan jika tidak segera diatasi dengan baik dan rutin. Namun hal tersebut bisa dicegah dengan beberapa hal seperti berikut:

  • Tidak melakukan hubungan seks berisiko, seperti berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom.
  • Setia dengan pasangan.
  • Menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian. Maka dari itu, jarum suntik harus dalam keadaan steril dan sekali pakai.
  • Mencari informasi mengenai HIV dan AIDS dengan tepat dan benar pada lembaga kesehatan.

Pengobatan HIV dan AIDS 

Jangan hawatir! Jika Anda atau kerabat teridentifikasi HIV dan AIDS, jangan takut dan langsung menyerah. Meskipun sangat kecil kemungkinan untuk sembuh dan bersih dari virus ini, pengobatan dapat membantu menyelamatkan hidup para ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) menjadi lebih panjang.

Obat yang telah ditemukan untuk terapi HIV dan AIDS adalah Antiretroviral (ARV). Berfungsi untuk menghambat pertumbuhan virus agar ODHA tidak terkena infeksi oportunistik, ARV dapat membantu mereka bisa tetap produktif seperti non-ODHA.

Untuk mendapatkan ARV, pasien harus melakukan konsultasi kepada dokter agar diberi resep. Menurut Kementerian Kesehatan RI, ARV dapat diminum 1 kali sehari dengan tenggat waktu 24 jam. Jika Anda meminum di pukul 10.00 pagi, maka pada esok hari obat tersebut harus di minum pada waktu yang sama.

 

Kabari99 – Yogyakarta

last post

Back to top button